TUYET VS SUPERMAN
(Sebuah Potret “Keperkasaan”
Perempuan Korban Perang)
Oleh : Ardesi Yulianita
Oleh : Ardesi Yulianita
Identitas Buku:
Judul : TUYET (Kisah dari Perang Vietnam)
Pengarang :
Bur Rasuanto
Penerbit : Yayasan Indonesia
Tebal Hal : 141 Halaman
Cetakan : 2 (kedua) 2001
“Perang dan korban adalah sesuatu yang ingin
dilupakan oleh komunitas; kabut/selubung pelupaan menutupi segala sesuatu yang
menyakitkan dan tak menyenangkan. Kita menghadapi dua sisi yang bertentangan;
di satu sisi korban yang mungkin ingin melupakan tetapi tidak dapat, dan di
sisi lain mereka dengan motif yang kuat, dan sering tidak sadar, yang dengan
amat sangat ingin melupakan dan memang berhasil melupakan. Orang-orang yang
paling lemah...tetap kalah di dalam dialog yang sunyi dan tidak seimbang ini.” (Judith
Herman, Trauma and Recovery, 1992, p.8)
Pengantar
Ketika
memutuskan novel Tuyet karya Bur
Rasuanto sebagai pilihan dalam mengulas karya sastra, saya terus terbayang
dengan superhero yang jago terbang Superman.
Sepak terjang tokoh Superman dalam membasmi kejahatan di kota kecilnya,
Smallville, musuh yang sama –Lex Luthor-,
kelemahan yang sama – batu hijau krypton -, pakaian ketatnya dengan
simbol “S”nya, jago terbang, mata tembus pandang dan tenaga super kuat yang
diperoleh dari asalnya nun jauh di luar angkasa. Perlahan, muncul sosok wanita
lemah nan cantik jelita mengenakan gaun ao
dai putih berdiri dengan tegarnya,
dengan airmatanya, dengan senyum tulusnya, dengan beban penderitaannya, dengan
kekuatan untuk menghadapi dilema hidup yang ia temui dari negerinya.
Superman
dan Tuyet adalah dua sosok yang terlahir dari imajinasi pengarangnya. Namun,
ada perbedaan yang cukup mencolok dari dua tokoh tersebut, yaitu benar-benar
ada atau benar-benar tidak ada. Jika ada hidup dalam dunia imajinasi dan hanya
singgah sebentar ke dunia nyata, maka superman memang ada, namun jika ada hidup
di dunia nyata, dan hanya sebentar melongok ke dunia imajinasi, maka Tuyetlah
yang muncul. Terserah bagaimana cara kita menikmati karya sastra tersebut. Bukankah
A. Teew menyatakan “Sastra menjadi urusan si pembaca secara sangat individual,
buku adalah sesuatu yang dibaca, dinikmati, dan dinilai sendiri saja.”
(2006:145).
Berawal
dari latar belakang di atas, ulasan ini dimaksudkan untuk menyampaikan
pandangan dan kesan saya terhadap novel Tuyet berkaitan dengan “Keperkasaan”
tokoh tuyet dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Tak banyak buku
sastra yang saya miliki, sehingga dapat dijadikan referensi dalam mengulas
karya sastra ini. Namun, ada semacam keinginan kuat yang mendorong saya untuk
tetap ikut berpartisipasi, guna menyampaikan kesan terhadap novel yang saya
anggap telah mampu membuka pikiran dan hati saya terhadap penderitaan yang
melahirkan keperkasaan perempuan di belahan bumi sana.